Jumat, 07 Maret 2014

Apa Kabar Dunia

Apa Kabar Dunia


Untuk Menyambut UFO, Pria ini Bikin Piring Terbang

Posted: 07 Mar 2014 12:45 AM PST

Dalam dongeng anak-anak, serigala memakai bulu domba agar bisa diterima dan tak mencurigakan. Demikian juga mungkin yang ada di benak Jody Pendarvis, agar alien mau datang maka ia membangun piring terbang dan menulis "UFO Welcome Center" di berbagai sisi bangunannya, seolah ucapan selamat datang.

Jody Pendarvis adalah seorang yang bisa dibilang maniak terhadap hal-hal luar angkasa seperti UFO dan alien. Begitu besarnya keinginan bertemu alien, di tahun 1994 ia membuat bangunan  berupa piring terbang yang terbuat dari kayu, plastik dan fiberglass.

 


Kalau dilihat dari luar, mungkin hanya seperti gubuk biasa yang berbentuk piring terbang. Betapa tidak, piring terbang buatan Pendarvis ini hanya dikelilingi oleh seng sebagai pagarnya. Lalu, dia menyemprotkan pylox untuk menulis kata 'UFO Welcome Center' di berbagai sisi bangunannya.

Tapi rupanya, diameter UFO Welcome Center seluas 13 meter persegi. Diameter tersebut mirip persis dengan diameter piring terbang yang pernah tertangkap kamera dan menggemparkan dunia. Pendarvis memang membuatnya sedemikian rupa melalui penelitian yang lama. Dia juga memiliki beberapa perangkat elektronik untuk menangkap sinyal-sinyal atau pergerakan aneh di langit.

 


Di bagian atasnya terdapat sebuah lubang, yang Pendarvis sebut sebagai tempat masuknya alien ke dalam UFO Welcome Center. Pendarvis ingin tiap mahluk luar angkasa yang datang ke Bumi singgah dulu di UFO Welcome Center untuk berisitirahat. Meski, bagian dalamnya hanya ada kasur, toilet, AC, dan televisi yang terlihat acak-acakan.

Pendarvis membuat piring terbang ini untuk benar-benar bisa bertemu alien. Bahkan, Pendarvis sendiri beranggapan kalau dirinya adalah duta manusia untuk alien. UFO Welcome Center adalah karyanya yang dianggap menjembatani manusia bumi dengan mahluk-mahluk luar angkasa!

Lucunya, bukan alien yang muncul tapi wisatawan yang berkunjung. Hal ini tentu jadi kesempatan untuk bisnis. Karenanya, orang yang berkunjung dan mau ke dalam harus membayar tiket sebesar USD 3 atau sekitar Rp 34 ribu.










 








Sumber:
detik.

Hebatnya Pasukan Katak, Amerika Berguru dan Malaysia Ngacir

Posted: 06 Mar 2014 10:54 PM PST

Menjadi rakyat sipil yang tak paham betul dunia militer, lumayan terkejut bila banyak orang bercerita soal kehebatan Kopaska, Komando Pasukan Katak milik TNI. Begitu masyurnya pasukan ini hingga tentara Amerika pun berguru pada Indonesia.

Kopaska adalah pasukan elite spesialis misi bawah air. Pasukan khusus dengan kemampuan berderet. Mulai dari demolisi bawah air, sabotase, pembebasan sandera, pengawalan VIP, gerilya dan antigerilya, terjun bebas, penyapu ranjau hingga intelijen.

 


Tepat jika disebut Kopaska adalah Navy Sealnya Indonesia. Karena kecocokan itu, Navy Seal dan Kopaska rutin menggelar latihan bersama. Sudah 32 tahun dan 64 kali dua pasukan elite ini berlatih bersama dalam latihan berjudul Flash Iron.

Dalam sesi latihan yang digelar, ternyata Kopaska jadi guru bagi pasukan Amerika tersebut. Tentara kita sangat berpengalaman berperang dalam hutan, memanfaatkan sumber alam untuk senjata. Misalnya saja membuat booby trap. alias jebakan dari bahan-bahan yang sudah ada di hutan. Ranting, kayu dan akar-akaran bisa jadi senjata mematikan jika dipadukan dengan senjata atau peledak yang sudah ada.

Ternyata dalam peperangan modern, hal itu masih sangat menakutkan. Untuk itu Navy Seal merasa perlu mempelajarinya. Usai latihan, personel Kopaska pun layak mendapat brevet Trident Navy Seals kehormatan. Karena itu jangan heran kalau melihat anggota TNI AL memakai brevet Navy Seals.




Tentara Malaysia ngacir
Selain militer Amerika mengakui kedigdayaan Kopaska, tentara Malaysia pun pernah merasakan langsung sehingga kabur terbirit-birit. Padahal hanya dengan ancaman singkat, tanpa kontak senjata satu pun.

Dikisahkan, peristiwa ini terjadi sekitar tahun 2005, saat ketegangan RI-Malaysia di Blok Ambalat. Saat itu pemerintah RI membangun mercusuar Karang Unarang yang terletak di titik terluar. Upaya ini selalu diganggu oleh Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM) maupun Marine Police. Mulai dari bermanuver yang menimbulkan gelombang, hingga menganiaya pekerja mercusuar.

 

Pada 1 April 2005, dua kapal TLDM dan Marine Police Malaysia buang jangkar di dekat mercusuar. Upaya kapal patroli TNI AL KRI Tedong Naga mengusir mereka tak digubris.

Komandan KRI pun meminta bantuan dari personel Kopaska yang memang disiagakan di sana. Serka Ismail meminta izin komandan Tim Kopaska Lettu Berny untuk meluncur ke Kapal Malaysia.

Lettu Berny mengizinkan. Namun dia meminta Ismail tak membawa senjata agar tak terjadi kontak tembak.

Serka Ismail melaju dengan motor boat bersama Serda Muhadi dan Kelasi Satu Yuli Sungkono. Ismail memerintahkan motor boat itu melaju zigzag dengan kecepatan tinggi.

Tujuannya agar perhatian anak buah kapal (ABK) Malaysia tertuju pada motor boat. Sementara itu Ismail melompat dan berenang senyap menuju kapal Malaysia.

Tanpa diketahui satu pun ABK, Ismail naik ke atas kapal. Dia mendobrak pintu samping kapal sambil berteriak.

"Di mana kapten kapal," bentak Ismail hingga ABK Malaysia ketakutan.

Serka Ismail pun sempat membentak seorang petugas meriam kapal Malaysia.

Kapten Kapal keluar. Dengan nada tinggi Ismail bertanya apa keperluan kapal Malaysia di tempat itu. Sang kapten menjawab normatif, hanya menjalankan perintah.

"Baiklah kalau begitu. Daerah ini adalah wilayah saya (Indonesia). Jadi setelah saya turun dari kapal ini, segera pergi dari wilayah ini. Kalau tidak jangkar akan saya putuskan," sergah Ismail pada komandan kapal Malaysia.
 

Walau tak bersenjata, keberanian Ismail rupanya membuat nyali para ABK Malaysia ciut. Begitu Ismail lompat ke perahu karet, kapal pertama langsung angkat jangkar dan kabur dari Karang Unarang.

Namun kapal kedua tak mau pergi. Serka Ismail dan Tim Kopaska segera melaju. Aksi mereka dihalangi sehingga Ismail tak bisa naik kapal.

Ismail segera menuju tali jangkar. Dia berteriak sambil menggoyang-goyangkan tali jangkar.

"Kalau tidak pergi, tali jangkar ini saya ledakkan," ancamnya.

Berhasil. Aksi ini pun membuat kapal Malaysia meninggalkan wilayah Karang Unang.
Cukup tiga orang Kopaska untuk mengusir dua kapal Malaysia.

Kisah-kisah di atas dapat dibaca lebih lengkap dalam buku Kopaska, Spesialis Pertempuran Laut Khusus.















Sumber:
merdeka.

Tinggal dalam Kincir Putar Hamster

Posted: 06 Mar 2014 09:45 PM PST

Bagi pecinta hamster, tentu tak asing melihat hewan peliharaan yang menggemaskan itu berlari-lari di dalam kincir putar. Sekarang, bagaimana kalau manusia merasakan tinggal dalam kincir putar seperti itu? Dua seniman mencoba serunya tinggal di dalam kincir putar hamster raksasa di dalam sebuah galeri di New York selama enam hari.

Ward Shelley (63) dan Alex Schweder (43), menyulap kincir putar menjadi sebuah rumah dalam aksi yang mereka namakan 'In Orbit', yaitu rumah berputar yang dilengkapi dengan kamar mandi, dapur dan tempat tidur.

 


Keduanya berpindah-pindah dari satu ruangan ke ruangan lainnya dengan berjalan berlawanan arah dalam kecepatan rendah dan terukur agar tetap aman.

Shelley tinggal di bagian atas atau luar kincir putar yang dipamerkan di dalam galeri The Boiler di Williamsburg, New York, sementara Schweder tinggal di bagian dalam kincir putar tersebut.

Dua zona yang dilengkapi dengan perabotan rumah tangga itu dibangun sejajar, sehingga kedua laki-laki ini harus melakukan aktivitas yang sama dalam waktu bersamaan, sebuah pengalaman mendebarkan yang sangat membutuhkan keseimbangan badan dan kehati-hatian, yang tak disangsikan akan makin memperkuat jalinan pertemanan mereka yang telah berlangsung hampir 10 tahun lamanya.

Dua sahabat karib ini mengatakan bahwa mereka hanya akan keluar dari kincir putar yang terbuat dari besi dan kayu ini jika terjadi keadaan darurat saja.

 


Dengan ketinggian tiga lantai, kincir putar ini tidak hanya menarik mata dari segi ukuran, tapi juga dari segi warna.

Selama menjalani aksinya, Shelley akan mengenakan jumpsuit merah, sementara Schweder akan mengenakan jumpsuit oranye. Semua furnitur yang dipasang di kincir putar ini diberi warna yang sama dengan pakaian yang mereka kenakan.

Menurut Gothamist, aksi mereka ini sangat interaktif. Keduanya berbincang-bincang dengan para pengunjung galeri dan menjawab berbagai pertanyaan seputar aksi yang mereka lakukan.  

Butuh waktu empat minggu untuk membuat kincir putar tersebut, yang merupakan hasil kerja keras Schweder, yang tak lain adalah arsitek berpengalaman. Schweder sendiri memiliki titel PhD di bidang arsitektur dari Cambridge University.

 


Shelley juga meminta bantuan sejumlah teman insinyurnya yang tinggal di sana untuk mempelajari infrastruktur kincir putar tersebut demi memastikan bahwa kincir ini layak pakai dan aman.

Shelley dan Schweder bertemu ketika sama-sama kuliah di American Academy di Roma tahun 2005. Sejak saat itu, mereka berdua bekerja sama, bahkan ikut serta dalam sebuah pertunjukan kecil yang juga melibatkan empat seniman lainnya.

Mereka sudah memamerkan karya mereka di lebih dari 15 negara, dan beberapa di antaranya mendapatkan penghargaan, salah satunya adalah mengikuti sesi pelatihan dan kuliah di sejumlah universitas bergengsi, seperti Harvard dan Yale.

Shelley bermukim di New York, sementara Schweder kini tinggal di Cambridge, Inggris, di mana ia diharapkan bakal mendapatkan gelar PhD tahun 2015 nanti.









 














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, dan mari berbagi dan bertukar pengetahuan.
Namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar "SPAM"