Rabu, 15 Januari 2014

Apa Kabar Dunia

Apa Kabar Dunia


15 Januari, Tonggak Perlawanan Terhadap Modal Asing

Posted: 15 Jan 2014 05:38 AM PST

40 Tahun yang lalu di Jakarta – kepulan asap menghitam, mobil-mobil buatan Jepang dibakar; gedung-gedung yang ada hubungannnya dengan Jepang seperti bangunan milik Astra Motor – dihancurkan. Pabrik minuman luar negeri milik Coca-cola juga menemui nasib yang sama. Bahkan keesokan harinya masa mulai merampok dan menjarah pusat-pusat pertokoan di Pasar Senin.


Untuk kasus 15 Januari 1974 yang lebih dikenal dengan "Peristiwa Malari", tercatat sedikitnya 11 orang meninggal, 300 luka-luka, 775 orang ditahan. Sebanyak 807 mobil dan 187 sepeda motor dirusak/dibakar, 144 buah bangunan rusak berat. Sebanyak 160 kg emas hilang dari sejumlah toko perhiasan. Peristiwa kekerasan ini hanya dapat dialami dan dirasakan (akibatnya). Tetapi tidak untuk diungkap secara tuntas. Berita di koran hanya menyingkap fakta yang bisa dilihat dengan mata telanjang.


Peristiwa Malari itu terjadi ketika Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka sedang berkunjung ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Halim Perdanakusuma. Karena dijaga ketat, rombongan mahasiswa tidak berhasil menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08:00, PM Jepang tersebut berangkat dari Istana tidak dengan mobil, melainkan diantarkan oleh Presiden Soeharto dengan helikopter dari Gedung Bina Graha ke pangkalan udara. Itu memperlihatkan bahwa suasana Kota Jakarta masih mencekam.

Tanaka dianggap sebagai simbol modal asing yang mesti dienyahkan. Aksi berupa long march dari Salemba menuju Univeritas Trisakti di Grogol, Jakarta Barat, itu mengusung tiga tuntutan: pemberantasan korupsi, perubahan kebijakan ekonomi mengenai modal asing, dan pembubaran lembaga Asisten Pribadi Presiden. Ratusan ribu orang ikut turun ke jalan. Tetapi aksi ini kemudian berujung pada kerusuhan.

Menurut Hariman, aksi mahasiswa usai pukul 14.30. "Sedangkan kerusuhan terjadi satu jam kemudian," katanya. Massa yang mengaku dari kalangan buruh itu menyerbu Pasar Senen, Blok M, dan kawasan Glodok. Mereka melakukan penjarahan serta membakar mobil buatan Jepang dan toko-toko.

Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban Jenderal Soemitro sempat menghadang massa di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat. Dia berusaha membelokkan gerakan massa yang mengarah ke Istana Presiden. "Ayo, ikut saya, kita jalan sama-sama ke Kebayoran!" teriaknya. "Maksud saya, mau membuat tujuan mereka menyimpang, supaya jangan sampai ke arah Monas…."

Massa tak beranjak. Kepada Tempo beberapa tahun silam, Soemitro mengaku sudah menawarkan dialog antara Dewan Mahasiswa UI dan Tanaka. Tanaka sudah bersedia, tetapi DM-UI menjawab bahwa "dialog diganti dengan dialog jalanan…."


 
Tetapi Jakarta sudah telanjur menjadi karang abang. Hari itu belasan orang tewas, ratusan luka-luka, hampir seribu mobil dan motor dirusak dan dibakar, serta ratusan bangunan rusak. Ini masih ditambah 160 kilogram emas yang hilang dari sejumlah toko perhiasan. Saking rawannya, Soeharto mesti mengantar Tanaka menumpang helikopter ke Bandara Halim sebelum bertolak kembali ke negerinya.

Total aparat menggaruk 750 orang-50 di antaranya pemimpin mahasiswa dan cendekiawan, seperti Hariman Siregar, Sjahrir, Yap Thiam Hien, Mohtar Lubis, Rahman Tolleng, dan Aini Chalid. "Bayangkan, tanggal 11 Januari masih dipeluk-peluk Soeharto, tanggal 17 gue ditangkap," Hariman mengenang. Pada 11 Januari, Soeharto memang menerima Hariman bersama tokoh mahasiswa lain di Bina Graha. Soeharto bermaksud meredam aksi mahasiswa.

Para tokoh itu ditahan berdasar Undang-Undang Antisubversi. Sebagian dari mereka dibebaskan setahun setelah meringkuk di penjara, karena terbukti tak terlibat. Pengadilan berdasar UU Antisubversi itu menuai kecaman.



Awalnya Harapan Indah
Setelah 20 Pebruari 1967 Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Soeharto. Kemudian dikukuhkan di dalam Sidang Istimewa MPRS dalam ketetapan nomor XXXIII/MPRS/1967 mencabut kekuasaan pemerintahan negara dari Presiden Soekarno dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat presiden Republik Indonesia.

Awalnya, seolah ada harapan baru lebih cerah bagi masa depan Indonesia. Berkuasanya Orde Baru ternyata menimbulkan banyak perubahan yang dicapai bangsa Indonesia melalui tahapan pembangunan di segala bidang. Pemerintahan Orde Baru berusaha meningkatkan peran negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga langkah-langkah yang diambil adalah mencapai stabilitas ekonomi dan politik.



Kebijakan yang dimulai sejak oktober 1966 hingga pertengahan tahun 1968 yaitu kebijakan stabilisasi yang bersifat operasional penyelamatan dengan tujuan menertibkan penggunaan keuangan negara.
Prioritas utama yang dilakukan dengan tindakan mengambil uang yang menjadi hak negara dan menertibkan prosedur-prosedur keuangan.Hasil-hasil positif yang telah dicapai oleh pemerintah sebagai berikut: (1) berhasil mengembalikan uang negara sebesar US $ 9.571.586,33; Yen 145.381.442; dan Rp. 494.947.761,37; (2) dapat mengembalikan emas seberat 1.005.403 kg; (3) berhasil pula mengembalikan perak seberat 100 kg.

Kemajuan ekonomi yang berhasil dicapai oleh pemerintah dari laju inflasi 650 % menjadi 120 % pada tahun 1967. Pemerintah masih mengalami kesulitan mengelola keuangan negara dampak dari utang-utang peninggalan Orde Lama yang mencapai US $ 2,2 – 2,7 milyar sehingga kesulitan menurunkan laju inflasi ke titik yang lebih aman dalam perekonomian Indonesia. Akibatnya situasi ekonomi dan keuangan masih meprihatinkan, oleh karena itu pemerintah Orde Baru meminta kepada negara-negara kreditor untuk menunda pembayaran utang-utang tersebut.

Pada tanggal 19-30 September 1966 di kota Tokyo-Jepang diadakan perundingan Indonesia dengan para negara kreditor Perancis, Inggris, Italia, Jerman Barat, Belanda, Amerika Serikat yang disponsori oleh Jepang.

Kemudian berlanjut dengan berdirinya IGGI (Inter Govermental Group fo Indonesia) sebagai dari lanjutan pertemuan Paris Cub antara Indonesia dengan para kreditor yang dilaksanakan di Kota Amsterdam-Belanda pada 23-24 Pebruari 1967.


Munculnya era diktator
Ketika para penguasa makin mendewakan senjata dan kekuatan, dan menularkannya kepada para calon perwira muda, jatuh korban di kalangan mahasiswa, Rene Louis Coenraad, dalam insiden Peristiwa 6 Oktober 1970 di depan kampus ITB.


 
Sejumlah Taruna Akabri Kepolisian mengeroyok Rene usai kekalahan mereka dalam pertandingan sepakbola beberapa saat sebelumnya. Rene tertembak hingga tewas. Ironisnya, ini terjadi hanya sehari setelah Presiden Soeharto pada perayaan hari ABRI 5 Oktober menyerukan kepada para prajurit untuk tidak menyakiti hati rakyat. Seorang bintara dituduh sebagai pembunuhnya. Tapi bagi para mahasiswa ada keyakinan yang tertanam bahwa pembunuh sebenarnya ada di antara para calon perwira Angkatan 1970 itu, dan sang bintara hanyalah korban pengkambinghitaman untuk menyelamatkan 'perwira masa depan' itu.

Peristiwa ini menjadi Luka Pertama dalam hubungan mahasiswa dengan tentara Orde Baru dan menjadi awal berakhirnya partnership ABRI-Mahasiswa yang pada tahun 1966 berhasil menumbangkan rezim Soekarno yang pada tahun-tahun terakhir kekuasaannya makin menjelma sebagai seorang diktator.

Bersama tentara, Soeharto telah bergerak ke posisi  diktator otoriter –dengan segala perilaku korup yang memang merupakan kecenderungan kekuasaan. Maka, mahasiswa bergerak mendekati kelompok-kelompok populis yang tertindas.



Teori penyebab Malari
"Malari adalah demo terbesar saat Pak Harto berkuasa pascakejatuhan Bung Karno," kata sejarawan militer, Erwin Jose Rizal dikutip dari Republika, Rabu (15/1).

"Teori lama menyebut Malari sebagai persaingan antara Ali Moertopo dan Soemitro dalam merebut pengaruh Pak Harto," ujarnya.

Saat Malari terjadi Ali Moertopo menjabat sebagai staf khusus presiden. Sedangkan Soemitro menjabat sebagai Panglima Komando Keamanan dan Ketertiban (Pangkokamtib). Dalam konteks ini, kata Erwin, Soemitro mesti rela kehilangan jabatan lantaran dianggap gagal menjaga ketertiban demo mahasiswa.




Teori lain kata Erwin menyebut peristiwa Malari hanya semacam tes kekuatan Soeharto di internal TNI. Erwin menjelaskan, pascakejatuhan Sukarno masih ada sejumlah elite militer yang bersimpati pada ajaran Sukarno.

Elite-elite ini menurut dia, kecewa dengan politik ekonomi Orde Baru yang lebih mengedepankan bantuan asing sebagai modal pembangunan. Kekecewaan ini lantas mendapatkan momentum ketika Perdana Menteri Jepang datang ke Jakarta untuk membahas investasi Jepang di Indonesia.

"Intinya Malari itu testcast kekuasaan Pak Harto sebagai presiden di internal TNI. Elite TNI lama era Soekarno banyak yang tidak suka dengan politik ekonomi Orba yang terlalu liberal," katanya.



Indonesia dijajah modal asing
Kritik mahasiswa tahun 1970-an juga diarahkan kepada aspek-aspek ketidakadilan sosial dan ketidakadilan ekonomi. Kebencian sebenarnya bukan kepada manusia Jepang, tetapi terhadap pola perilakunya yang dalam keikutsertaannya pada kehidupan ekonomi Indonesia amat mencerminkan ciri 'economic animal'.

Aktivis mahasiswa intra kampus juga menjalin komunikasi dengan kalangan pengusaha domestik yang pada tahun 1970-an itu banyak 'menderita' dampak kebijakan penanaman modal asing yang dijalankan pemerintah secara amat longgar.

Dari kalangan pengusaha domestik ini, mahasiswa mendapat banyak informasi tentang ketidakadilan pemerintah kepada pengusaha domestik demi menarik modal asing. Mereka juga menceritakan berapa banyak janji palsu yang tak pernah terwujud yang dilontarkan kalangan kekuasaan, sekedar obat penawar sesaat namun pada waktu berikutnya menambah lagi deretan penyakit dengan penyakit baru yang bernama 'sakit hati'.


------
Poin diskusi:
Jika sekarang terjadi kebijakan mobil murah, serta kemudahan pembelian dengan cara kredit dibanding beli tunai, semua berdampak pada kemacetan serta polusi, sebenarnya riwayat salahnya sebuah kebijakan telah berlangsung lama.







Referensi:
HARI INI "39 TAHUN PERISTIWA MALARI" ; Muhammad Alamsyah

Sumber foto: wikipedia, plasa.msn





Di Malang, Bayar Dokter Pakai Sampah loh

Posted: 15 Jan 2014 12:38 AM PST

Setiap akhir pekan puluhan warga datang ke sejumlah klinik di kota Malang dengan membawa sampah antara lain berupa botol plastik, kardus dan kertas. Sampah-sampah yang dapat didaur ulang - yang mereka kumpulkan dari rumah sendiri dan lingkungan di sekitar - mereka bawa dan ditukarkan dengan kartu berobat melalui program Klinik Asuransi Sampah, yang digagas dr. Gamal Albinsaid.
Ide kreatif Gamal Albinsaid mendirikan asuransi sampah mengundang decak kagum dunia. Kreasinya itu menempati urutan teratas di ajang finalis dunia Unilever Sustainable Living Young Entrepreneurs Awards 2013.

 
foto : nationalgeographic
 
 
Pada 30 Januari 2014 ini, dokter  berusia 24 tahun ini diundang ke London, Inggris, untuk jamuan makan dengan pewaris tahta kerajaan Inggris, Pangeran Charles.

"Warga cukup menyerahkan sampahnya kepada Klinik Asuransi Sampah dan mereka bisa menikmati berbagai fasilitas pelayanan kesehatan primer," kata Gamal. "Sampah yang mereka bawa dapat berupa sampah kering apa saja yang dapat didaur ulang."

Dengan sampah ini, pasian yang kebanyakan warga miskin, mendapat pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan dokter, gula darah sampai obat.

Konsepnya sama seperti asuransi pada umumnya, di mana nasabah membayarkan premi tiap bulan. Tapi nilai preminya terbilang murah, dan tidak perlu mengeluarkan uang. "Cukup dengan sampah," kata dia.
 
 
Jenis sampahnya, imbuh Gamal, bisa organik, bisa juga anorganik. Yang pasti, nilai sampah harus Rp 10 ribu per bulannya. Gamal dan kawan-kawan bekerjasama dengan Bank Sampah Malang (BSM) untuk menilai berapa harga sampah yang disetor nasabah. Sampah-sampah itu punya nilai jual karena bisa diolah menjadi pupuk untuk yang organik. Sedangkan yang anorganik ditawarkan ke pengepul.

Dengan membayar premi bulanan, masyarakat bisa menikmati pelayanan kesehatan yang dipusatkan di sejumlah klinik. "Tidak hanya untuk pengobatan, tapi juga untuk program peningkatan kualitas kesehatan dengan penyuluhan dan konsultasi gizi, pencegahan, dan rehabilitatif," kata dia.

Gamal sendiri menyikapi keberhasilannya di Unilever Sustainable Living Young Entrepreneurs Awards 2013 dalam dua sisi. "Satu sisi, saya menganggap penghargaan adalah sampah-sampah dunia. Penghargaan bisa membuat kita terlena," kata peraih penghargaan Anugerah Karya Inspiratif 2011 dari Kementerian Riset dan Teknologi, Ashoka Young Change Maker 2012 AusAID Indonesian Social Innovator Award 2013, Promising Social Award 2013, People Choice Award 2013, dan belasan penghargaan lain ini.

Tapi di sisi lain, bagaimana pun, penghargaan memberikan sebuah kebanggaan, dan bisa menjadi pelecut semangat untuk meraih hasil yang lebih baik di masa mendatang. Toh, kata-kata sampah yang diucapkannya barusan juga mengandung arti lain. Sebab, dia masuk tujuh besar juga berkat sampah.

Aktivitas  rutin Gamal Albinsaid terbilang superpadat. Selain sebagai dokter muda yang tengah jadi asisten dokter di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA), dia juga sedang kuliah S2 Biomedik Universitas Brawijaya (UB). Tak hanya itu, dia juga menjabat sebagai chief executive Indonesia Medika, klinik kesehatan yang dia dirikan sejak 2010.

Organisasi Indonesia Medika ini mulai dibentuk tahun 2010. Namun sempat terhenti setelah berjalan baru enam bulan. Sejak Maret 2013, Klinik Asuransi Sampah ini mulai diaktifkan lagi dengan sasaran utama keluarga kurang mampu.  Ada lima klinik yang menerapkan sistem ini.
 
 
Setelah dibangkitkan lagi, klinik asuransi sampah kita punya lebih dari 300 nasabah. Nah, di Indonesia Medika, Gamal tidak sendiri. Sejauh ini, ada 47 anak muda dari seluruh Indonesia yang bergabung dengan Indonesia Medika. Dari jumlah total tersebut, 17 di antaranya berstatus tenaga tetap. Mereka ini mendapatkan bayaran dari Indonesia Medika. "Sistemnya bagi hasil," kata anak ketiga dari empat bersaudara, putra pasangan Saleh Arofan Albinsaid dan Eliza Abdat ini.

Sedangkan sisanya berstatus volunteer alias sukarelawan. Anak-anak muda yang tergabung dalam Indonesia Medika, berasal dari berbagai disiplin ilmu. Tidak hanya di bidang kedokteran atau kesehatan, tapi juga TI (teknik informatika), hukum, hingga ekonomi.

Lantas, dari mana Indonesia Medika mendapatkan dana untuk operasionalnya? "Kita banyak didukung perusahaan, organisasi internasional," kata dia. Sebut saja, nama-nama seperti AusAID (the Australian Agency for International Development), Ashoka, Socentix, hingga LGT Venture Philanthropy. Di samping itu, Indonesia Medika juga membuat cara-cara kreatif seperti penjualan merchandise untuk menambah kas mereka.













Sumber:
changemakers
radarmalang

5 Tumbal Aneh dan Sadis di Jaman Modern

Posted: 14 Jan 2014 11:09 PM PST

Kepercayaan menumbalkan sesuatu dengan tujuan keselamatan dan keberkahan masih terus berlaku hingga dewasa ini. Di Indonesia, kita sering dengar penanaman kepala kerbau sebelum membangun sesuatu. Di berbagai belahan bumi juga melakukan hal serupa, namun terkadang yang mengerikan adalah, menumbalkan nyawa manusia.

Kasus-kasus yang terjadi di jaman modern bisa terlihat pada 5 hal di bawah ini.



1. Perburuan manusia albino di Tanzania
 

Manusia albino atau kelainan pigmen kulit terjadi pada 200 ribu orang Tanzania. Mereka disebut Muzungu atau dalam bahasa sehari-hari yakni Swahili berarti orang putih atau Zeru yang berarti hantu.

Fenomena aneh albino bukan hanya terjadi di Tanzania namun juga sebagian besar Afrika. Mereka yang menderita kelainan kulit ini diburu dan dibunuh atas suruhan dukun. Alasannya bermacam-macam. Ada yang percaya membunuh mereka bakal menangkal kesialan, bisa digunakan bagi pengobatan, maupun diyakini bisa menghilang.

Mengambil salah satu bagian tubuh mereka saat si albino masih hidup juga diyakini memberikan kesaktian. Kadang tubuh para albino ini diperjual belikan.  Tak hanya secara brutal dibunuh, para albino juga dikubur hidup-hidup.




2. Tumbal bocah di India demi dapatkan anak laki-laki
 

Pada 2003 pasangan asal Provinsi Uttar Pradesh, India bernama Madan dan Murti Simaru hampir putus asa lantaran tidak memiliki anak lelaki. Memiliki anak lelaki merupakan kebanggaan di lingkungan mereka.

Mereka lalu meminta petunjuk orang sakti disebutnya sebagai guru. Guru itu malah mengarahkan mereka menculik anak lelaki dan menenggelamkannya di sungai. Madan dan Murti akhirnya menculik seorang bocah tetangga, Monu Kumar usia enam tahun.  Mereka memutilasi Kumar dan menyelesaikan upacara dengan mandi darah Kumar.

Keduanya ditahan, termasuk kakak Murti yang ikut membantu penculikan juga dihukum.





3. Tumbalkan pekerja demi memerahkan batu bata di Bangladesh


Pada 2010 seorang produsen batu bata di Bangladesh merasa galau lantaran batu bata buatannya tidak berwarna kemerahan. Berapa kali pun dicoba hasilnya tetap tidak memuaskan. Dia memutuskan mencari dukun pintar demi mendapat jawaban kenapa produksi batu batanya tidak bagus.

Dukun itu menyarankan si produsen batu bata untuk mengorbankan nyawa seseorang. Akhirnya dia menyuruh empat pekerjanya membunuh teman mereka. Korban berusia 26 tahun dipenggal dan darahnya dicipratkan ke batu bata demi membuatnya merah. Kepala korban dipanggang dalam oven.

Aksi itu diketahui polisi dan langsung meringkus empat tersangka sekaligus pemilik perusahaan batu bata, dan dukun pintar. Mereka dijatuhi hukuman sebab merencanakan pembunuhan.




4. Tumbal bocah India agar panen melimpah
 

Pada Oktober 2011 bocah tujuh tahun bernama Lalila Tati dibunuh oleh suami istri bernama Ignesh Kujur dan Padam Sukku berprofesi sebagai petani. Mereka membunuh Tati dan mengambil hatinya sebagai tumbal agar ladangnya subur dan menuai hasil banyak.

Di India memang masih banyak orang percaya pada tahayul lantaran kurangnya pendidikan. Mereka yakin jika korban manusia berumur di bawah 12 tahu, tanaman akan berkembang ranum.

Meski demikian Ignesh dan Padam menawarkan ganti rugi pada keluarga korban sebab nyawa putri mereka jadi tumbal. Mereka tetap diseret ke pengadilan dan dihukum lantaran kekejaman mereka perbuat.




5. Tumbalkan bocah lelaki demi hentikan gempa di Chile
 
Ilustrasi suku Indian Mapuche, Chile

Pada Juli 1960 gempa sahut menyahut di Chile bagian selatan memaksa suku Indian Mapuche mengorbankan seorang bocah berusia antara 5-6 tahun dan mengambil jantungnya untuk dilarung ke laut sebagai persembahan pada Tuhan. Mereka meyakini jantung itu akan membuat laut dan bumi menjadi tenang. Harapan gempa berhenti ternyata tidak terjadi.

Menurut laporan jurnalis Patrick Tierney dalam bukunya The Highest Altar: Unveiling the Mystery od Human Sacrifice, disebutkan nama korban Jose Luis Painecur. Tangan dan kaki bocah itu dimutilasi, lalu tubuhnya ditanam di pasir dekat pantai. Lama kelamaan air laut melarungnya.

Setelah kasus terungkap, orang tua Painecur yakni Jose Panan dan Juan Jose dihukum dengan tudingan membiarkan kejahatan itu terjadi.







 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, dan mari berbagi dan bertukar pengetahuan.
Namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar "SPAM"