Senin, 30 Juni 2014

Apa Kabar Dunia

Apa Kabar Dunia


Kisah Heroik Pilot Amerika Membantu Kemerdekaan Indonesia

Posted: 29 Jun 2014 08:30 PM PDT

Simpati dan ketulusan menolong seringkali melintasi batas nasionalisme. Salah satu contoh nyata yakni kisah dari seorang pilot berkebangsaan Amerika yang ikut terlibat aktif saat awal kemerdekaan Indonesia.

Namanya Robert Earl Freeberg atau akrab dipanggil Bob, pilot bayaran berkebangsaan Amerika Serikat ini gagah berani terbang menembus blokade udara Belanda.

Di mata Presiden Soekarno, Bob adalah orang yang idealis. 
Dia ditakdirkan datang untuk membantu perjuangan rakyat Indonesia.

Ia belasan kali menjalankan operasi "Black Flight" atau penerbangan gelap menyelundupkan candu dan berbagai hasil alam Indonesia untuk ditukar senjata atau uang di luar negeri. Hasil penyelundupan itu digunakan pemerintah Soekarno untuk membiayai negara di masa sulit awal kemerdekaan.

"Seorang pemuda pada suatu hari muncul entah darimana dan memperkenalkan dirinya. Namaku Bob Freeberg. Aku orang Amerika. Aku seorang pilot dan menaruh simpati pada perjuangan anda. Bantuan apa yang dapat kuberikan?" demikian Soekarno dalam biografi yang ditulis Cindy Adams.

Bob adalah mantan penerbang tempur Angkatan Laut Amerika Serikat saat perang dunia ke II. Setelah perang berakhir, pria asal Kansas ini menjadi pilot carter CALI (Commercial Air Lines Incorporated) Filipina. Dia bertemu Opsir Udara III Petit Muharto Kartodirdjo di Singapura dan segera menyatakan kesediaannya untuk melakukan penerbangan untuk membantu Indonesia.

Bob kemudian menabung dan membeli sebuah pesawat angkut DC-3 Dakota. Dia memberi nama pesawat itu RI-002.

Kenapa bukan RI-001? Bob berpendapat nama RI-001 selayaknya diberikan untuk nama kehormatan pesawat pertama yang dimiliki Indonesia. Ketika Bob disewa, Indonesia tak punya satu pun pesawat angkut.

Bob membantu menyelundupkan emas, candu, perak, kina dan karet dari Indonesia ke luar negeri. Lalu dia membawa senjata, pakaian dan obat-obatan dari luar negeri ke Indonesia.

Bob juga banyak membantu TNI untuk melakukan operasi militer. Dialah pilot operasi penerjunan pertama yang dilakukan Angkatan Udara Republik Indonesia. Pada 17 Oktober 1947, Bob menerbangkan RI-002 dari Bandara Maguwo ke Kotawaringin, Kalimantan Tengah. TNI menerjunkan 12 prajurit AURI untuk menembus blokade Belanda dan mengobarkan perlawanan di sana.

Bob pula yang mengantar Soekarno berkeliling Sumatera guna meminta sumbangan rakyat untuk membantu perjuangan RI. Rakyat Aceh kemudian menyumbang 20 Kg emas yang kemudian dibelikan pesawat Dakota dengan nama Seulawah atau Gunung Emas. Pesawat ini yang kemudian diberi nomor registrasi RI-001.

Bob memang seorang pilot bayaran. Tapi dia terlibat secara emosional dalam perjuangan bangsa Indonesia. Bob tak bisa menerima perlakuan sewenang-wenang Belanda terhadap rakyat Indonesia. Dalam surat-surat yang dikirimkan ke keluarganya di AS, Bob selalu menggambarkan penghormatannya untuk rakyat Indonesia.



"Sangat menakjubkan melihat rakyat Indonesia memperjuangkan kemerdekaan mereka," (Robert Earl Freeberg - smithsonianmag.com)

Sayangnya nasib Bob berakhir tragis. Pesawatnya jatuh saat mengirim emas 20 kilogram ke Palembang. Tanggal 29 September 1948, pesawat Dakota milik Bob jatuh di belantara hutan. Diduga pesawat itu ditembak jatuh pesawat pemburu Belanda.

"Dia mengalami kecelakaan saat aku mengirimnya ke Palembang untuk membawa uang untuk membantu gerilya di Sumatera. Tak pernah aku akan melupakan kawanku orang Amerika, Bob Freeberg," kata Soekarno.


Sumber :

Hati-hati! Berjemur Bisa Bikin Kecanduan

Posted: 29 Jun 2014 05:24 PM PDT

Menghabiskan waktu untuk berjemur di bawah sinar Matahari ternyata bisa menimbulkan kecanduan. Temuan ini didapat setelah dilakukan penelitian oleh tim dari Harvard Medical School.


Para peneliti tersebut melakukan penelitian dengan melibatkan tikus. Dalam eksperimen tersebut, tikus mendapatkan paparan sinar ultraviolet yang berkelanjutan. Paparan yang terlalu sering pada tubuh tikus membuat tikus menjadi kecanduan sinar Matahari.

Sebelumnya, memang banyak peneliti yang mengungkapkan adanya zat adiktif pada sinar Matahari. Namun, beberapa peneliti lain menganggap "kecanduan" sinar Matahari merupakan hal yang terlalu berlebihan.

Proses menghitamkan kulit dengan cara berjemur di bawah sinar Matahari lebih dikenal dengan istilah tanning. Dalam studi tersebut, yang dilansir dari BBC, ditunjukkan jika kegiatan tanning lebih dari satu kali bisa didefinisikan sebagai "kecanduan". Hal ini akan meningkatkan produksi endorfin dalam kulit.

Temuan lain yang dihasilkan dari penelitian ini adalah adanya gejala kecanduan, mirip dengan kecanduan obat. Tikus akan mengalami mual, gelisah, dan tubuh gemetar saat diberikan obat untuk mengobati kecanduan yang dialami.


Proses penelitian

Saat penelitian berlangsung, tikus diberikan paparan sinar Matahari saat tengah hari bolong. Paparan itu berlangsung selama setengah jam, setiap hari selama 6 hari berturut-turut. Tidak berapa lama mulai terlihatlah produksi protein dalam kulit yang dinamakan proopiomelanocortin.

Senyawa ini kemudian diurai lagi oleh para peneliti. Di dalam proopiomelanocortin ini terdapat pigmen melanin yang berfungsi sebagai senyawa utama tanning. Senyawa lain yang diproduksi adalah endorfin, sebuah senyawa yang bisa memicu rasa senang dan bahagia. Ini merupakan senyawa oploids yang sama seperti heroin dan morfin.

Tikus kemudian diberikan obat untuk menghentikan pengaruh oploid, namun muncul gejala getar dan tremor pada tubuh. Namun, diakui peneliti, eksperimen ini tidak menunjukkan adanya aksi tikus untuk mencari-cari cahaya Matahari, seperti halnya orang yang kecanduan obat.

"Untuk tahap ini, alasannya cukup masuk akal. Proses ini memang benar adanya dan mungkin terjadi di setiap tubuh manusia. Selama ini, mungkin banyak yang belum sadar akan hal ini. Mereka menganggap bahwa tanning hanyalah kegiatan fashion semata. Padahal, tanning bisa meningkatkan risiko kanker kulit," ujar Dr. David Fisher, peneliti dari Massachusets General Hospital.

Sarah William, peneliti senior dari Cancer Research UK mengatakan bahwa hubungan kanker kulit dengan terlalu banyaknya paparan sinar ultraviolet memang telah lama diketahui. Namun begitu, akan lebih penting jika masyarakat mengetahui cara melindungi diri dari sinar ultraviolet.

"Ketika kita membutuhkan paparan sinar Matahari yang kuat dan sehat, ada baiknya jika kita menikmati Matahari dengan menutup tubuh menggunakan pakaian atau kain," kata Sarah.

Krim pelindung Matahari memang cukup efektif. Namun, harus dengan SPF15 dan brand yang berkualitas. "Krim tersebut bisa melindungi bagian yang tidak bisa dilindungi pakaian untuk menghindari Matahari," ujarnya.


Sumber :
viva

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, dan mari berbagi dan bertukar pengetahuan.
Namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar "SPAM"